Struktur sedimen by Sam Boggs Jr.
Struktur
sedimen adalah komponen berskala besar dari batuan sedimen seperti parallel
bedding, cross bedding, ripples, dan mudcracks yang mana paling baik dipelajari
dilapangan. Dihasilkan dari proses-proses sedimentasi yang beragam, termasuk
fluid flow, sediment gravity flow, soft-sediment deformation, dan aktivitas
biogenik. Karena struktur mencerminkan kondisi lingkungan yang membentuk struktur
sedimen tersebut, maka merupakan suatu hal yang menjadi perhatian seorang
geologist sebagai alat untuk melakukan
interpretasi seperti aspek-aspek lingkungan sedimen masa lampau seperti
mekanisme transport sedimen, arah aliran arus purba, kedalaman air relatif, dan
kecepatan arus relatif. Beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk
mengindentifikasi bagian top dan bottom dari perlapisan maka dapat digunakan
untuk mendeterminasikan apakah urutan-urutan sedimentasi berada dalam keadaan
stratigrafi pengendapan atau telah terbalikkan oleh pengharuh tektonik.
Struktur sedimen secara khusus melimpah pada batuan sedimen silisiklastik,
namun juga terjadi pada batuan sedimen nonsilisiklastik seperti pada
batugamping dan evaporite (Sam Boggs, Jr.).
Klasifikasi struktur
sedimen (deskriptif) dari sam boggs. Jr :
A. Stratification and
bedforms
A.1.
Planar bedding and lamination
A.1.1.
Laminated bedding
A.1.2.graded
bedding
A.1.3. Massive
(structureless) bedding
A.2.
Bedforms
A.2.1.
Ripples
A.2.2.
Dunes
A.2.3.
Antidunes
A.3.
Cross stratification
A.3.1.
Cross-bedding
A.3.2.
Ripple cross-lamination
A.3.3.
Flaser and lenticular bedding
A.3.4.
Hummocky cross-stratification
A.4.
Irregular stratification
A.4.1.
Convolute bedding and lamination
A.4.2.
Flame structures
A.4.3.
Ball and pillow structures
A.4.4.
Synsedimentary folds and faults
A.4.5.
Dish and pillar structures
A.4.6.
Mottled bedding
A.4.7.
Stromatolites
B. Bedding-plane markings
B.1.
Groove casts; striations; bounce; brush; prod, and roll marks
B.2. flute
casts
B.3.
Parting lineation
B.4.
Load casts
B.5.tracks,
trails, burrows
B.6.
Mudcracks and syneresis cracks
B.7.
Pits and small impressions
B.8.
Rill and swash marks
C. Other structures
C.1.
Sedimentary sills and dikes
Klasifikasi struktur
sedimen berdasarkan proses pembentukannya dari sam boggs jr.:
A. Depositional
structures
A.1.
Suspension settling and current-and wave formed structures
A.2.
Wind-formed structures
A.3.
Chemically and biochemically formed structures
B. Erosional structures
B.1.
Scour marks
B.2.
Tool marks
C. Deformation structures
C.1.
Slump structures
C.2.
Load and founder structures
C.3. Injection
(fluidization) structures
C.4.
Fluid-escape structures
C.5.
Desiccation structures
C.6.
Impact structures (rain, hail, spray)
D. Biogenic structures
D.1.
Bioturbation structures
D.2.
Biostratification structures
Menurut
Sam Boggs Jr. :
Graded Bedding merupakan
unit sedimentasi yang dikarateristikkan oleh gradasi vertikal dalam ukuran
butir. Ketebalannya berkisar dari
beberapa sentimeter sampai beberapa meter atau lebih dan umumnya mempunyai
kontak basal yang tajam. Lapisan yang menunjukkan gradasi dari partikel yang
lebih kasar dibagian dasar sampai partikel yang lebih halus dibagian atas
dikatakan memiliki grading yang normal atau biasa disebut dengan “normal
grading”. Lapisan normal graded dapat terbentuk oleh beberapa proses, seperti
sedimentasi dari material suspensi yang disebabkan oleh aktivitas badai pada
paparan atau pengendapan fase akhir dari heavy flood, namun berdasarkan rekaman
geologi asal mula yang paling banyak diberikan untuk graded bedding ini ialah dari arus turbidit. Material dari
graded ini dapat berupa mud, sand, atau yang lebih jarangnya gravel. Beberapa
unit turbidit dengan graded menunjukkan urutan struktur sedimen yang ideal,
disebut dengan Bouma Sequence.
Reverse Grading
dapat juga terjadi namun tidak seumum pada normal grading. Terdapat dua
mekanisme pembentukan reverse grading ini : (1) dispersive pressures dan (2)
kinetic sieving. Dispersive pressure diyakini lebih proporsional dalam kasus
ini. Pada sedimen dengan ukuran butir yang bercampur, tekanan dispersive yang
lebih tinggi bekerja pada partikel yang lebih besar yang cenderung memnbuatnya
masuk kedalam zona dengan shear yang lebih sedikit. Alternatif lainnya, reverse
grading dapat dijelaskan dengan mekanisme kinetic sieve atau lebih sederhanya
dapat dikatakan sebagai pengayakan oleh karena adanya gaya kinetik. Dalam
campuran butir yang mengalami ketidakstabilan, butiran yang lebih kecil jatuh
kebawah dari butiran yang lebih besar seiring dengan pergerakan butiran yang
membuka ruang diantara partikel-partikel yang lebih besar. Secara keseluruhan,
reverse grading merupakan fenomena yang relatif jarang, dan asal mulanya masih belum
dimengerti dengan cukup baik.
Massive (Structureless) Bedding (Sam
Boggs, Jr) :
Istilah
perlapisan massive digunakan untuk mendeskripsikan perlapisan yang menunjukkan
keseragaman dan miskin dengan struktur internal. Menggunakan teknik X-radiograf
(Hamblin,1965) atau metoda etsa dan metoda noda sering menampakkan bahwa
lapisan seperti ini sebenarnya tidak masif namun lebih dari itu lapisan ini
mengandung sedikit struktur yang berkembang. Liquifaksi dari sedimen yang
memicu goncangan yang tiba-tiba atau mekanisme lainnya yang terjadi segera
setelah pengendapan dianggap sebagai penyebab dari rusaknya stratifikasi
original untuk menghasilkan perlapisan masif ini. Sebaliknya, terdapat asumsi
bahwa lapisan masif yang minim stratifikasi ini merupakan ciri-ciri utama yang
terjadi pada keadaan tidak adanya transport traksi dan dihasilkan dari
pengendapan yang sangat cepat dari material suspensi atau pengendapan dari
dispersi sedimen dengan konsentrasi yang sangat tinggi selama berlangsungnya
sedimen gravity flow.
Efek dari ukuran butir dan kedalam air dalam perkembangan
bedform
(Sam Boggs Jr.)
Studi
eksperimen menunjukkan bahwa rangkaian bedform yang berkembang pada kedalaman
air selama aliran fluida tidak hanya bergantung pada kecepatan aliran tapi juga
ukuran butir, oleh sebab itu, rangkaian bedform tidak terjadi pada semua ukuran
butir sedimen. Grafik dibawah menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran
dengan ukuran butir pada kedalaman air yang berkisar dari 0,25 sampai 0,40 m.
Jika
aliran membawa sedimen dengan ukuran butir lebih kasar dari 0,9 mm contohnya,
fase ripple tidak berkembang, oleh sebab itu, lower plane-bed phase hanya
membentuk formasi dari dune. Berdasarkan grafik tersebut juga, ukuran butir
dibawah sekitar 0,15 mm, dune tidak terbentuk. Untuk detail dari pemplotan
tersebut dapat melihat referensi dari Southard dan Boguchwal (1990).
Klasifikasi
Ripple (Sam Boggs Jr.) :
Ripple
dapat terjadi baik pada sedimen silisiklastik maupun karbonat. Ripple dapat
terbentuk oleh transport dari angin maupun air. Ripple dapat berkembang pada
material butiran pada aliran arus satu arah (unidirectional current flow)
atau dari oscillatory flow (aksi
gelombang/ombak). Ripple yang berkembang pada arus yang searah asimetri
bentuknya, dan bagian steep atau lee sidenya menghadap hilir sesuai arah dari
aliran arus. Ripple yang tidak simetri seperti ini disebut sebagai current
ripples. Pada kondisi alami, terbentuk dari aliran sungai atau stream, oleh
backwash dipantai, dan dari longshore current, tidal current, dan deep ocean
bottom current. Kondisi hidraulik yang menyebabkan terbentuknya ripple dan dune
terjadi pada Froude number dengan nilai <~1. Dalam kondisi aliran seperti
ini, baik permukaan air menunjukkan sedikit gangguan atau gelombang air dalam
kondisi ‘out of phase’ dengan bedform, dan aliran dikatakan berada pada keadaan
‘lower flow regime’ (Simons and Richardson,1961). Migrasi downstream dari
ripple dan dune memicu pembentukan cross laminasi yang dipnya berarah
downstream dengan sudut sekitar 30o . Dengan peningkatan lanjut dari
kecepatan arus, dune hancur dan beralih pada babak aliran dengan rezim aliran
atas atau ‘upper flow regime’, yang mempunyai nilai froude number >~1. Pada
pandangan datar, crest atau puncak dari current ripple dan dune mempunyai
variasi dalam hal bentuk, yakni : Straight, sinuous, catenary, linguoid, dan
lunate (dapat dilihat pada ilustrasi dibawah). Bentuk-bentuk dari ripple dan
dune tersebut berkaitan dengan kedalaman air dan kecepatan arus; namun,
faktor-faktor yang mengontrol bentuk-bentuk tersebut belum terlalu dimengerti
dengan baik. Telah dipelajari bahwa dalam keadaan alami, bentuk yang lebih
kompleks cenderung untuk terbentuk pada air yang lebih dangkal dan kecepatan
arus yang lebih tinggi daripada bentuk yang lebih sederhana. Rangkaian dari
bedform yang berkembang dengan pengurangan kedalaman air dan kecepatan aliran
ialah dari straight ke sinuous ke symmetric linguoid sampai asymmetric linguoid
untuk ripple dan dari straight ke sinuous ke catenary sampai lunate untuk dune.
Ripple yang terbentuk oleh aksi ombak cenderung berbentuk lebih/nyaris simetri
dan memiliki straight crest yang agak baik. Ripple paling umum ada di
lingkungan air dangkal, namun, ripple telah difoto pada lantai samudra modern
pada kedalaman beberapa ribu meter. Ripple memiliki potensi pengawetan yang
relatif rendah dikarenakan ripple cenderung untuk tererosi dan hancur oleh
erosi arus sebelum dapat terburialkan. Oleh sebab itu, ancient ripple seperti
ripple modern tidak secara ekstrim melimpah pada rekamann sedimen. Dune bahkan
lebih sedikit terawetkan, namun ancient dune juga hadir di beberapa unit-unit
batupasir yang tebal.
Bounce, brush, prod, roll, and skip marks (Sam
Boggs Jr.)
Tanda/jejak
kecil seperti cungkilan yang dihasilkan oleh objek yang membuat kontak yang
intermittent (pada periode tertentu) dengan bagian bottom, membuat tanda/jejak
kecil. ‘Brush’ dan ‘prod marks’ tidak simetri bentuknya, dan bagian yang lebih
dalam dan lebih luas dari jejak tersebut berorientasi kearah hilir. ‘Bounce
marks’ mempunyai bentuk yang simetri secara kasar. ‘Roll’ dan ‘skip marks’
dibentuk oleh tool/objek yang memantul naik dan turun atau berputar sepanjang
permukaan untuk menghasilkan track/jalur yang menerus. (Genesa dari struktur
ini diilustrasikan pada gambar diatas)
Parting
lineation (Sam Boggs Jr.) :
Parting
lineation, kadang-kadang disebut dengan current lineation, terbentuk pada
permukaan lapisan di batupasir yang berlaminasi paralel. Berisikan subparallel
ridge dan groove yang berukuran beberapa milimeter lebarnya sampai dengan
beberapa sentimeter panjangnya.Relief pada ridge dan hollow umumnya berhubungan
dengan diameter dari butiran batupasir. Butiran pada batupasir umumnya
mempunyai orientasi makna dari sumbu-sumbu panjangnya yang paralel dengan
lineasi tersebut. Lineasi berorientasi parallel atau sejajar dengan aliran
arus, dan oleh sebab itu kehadirannya pada batupasir purba bermanfaat pada studi
tentang paleocurrent, walaupun hanya menunjukkan bahwa arus mengalir sejajar
dengan parting lineasi dan tidak menunjukkan yang mana dari kedua arah tersebut
yang melawan arah aliran yang merupakan arah aliran sebenarnya. Parting lineasi terjadi pada endapan pasir
modern dilingkungan pantai dan fluvial. Paling umum terdapat pada endapan purba
yang tipis, kadang-kadang pada batupasir berlapis. Asal mulanya jelas terkait
dengan aliran arus dan orientasi butir, kemungkinan dari aliran diatas rezim
plane beds diupper flow regime, namun mekanisme yang pasti dari pembentukan
parting lineasi ini belum dimengerti dengan cukup baik.
Stromatolite (Carbonates)
(Sam Boggs Jr.) :
Stromatolite
terbentuk secara organik, struktur berlaminasi yang berkomposisi lanau halus
atau sedimen berukuran lempung atau yang lebih jarang sedimen berukuran pasir. Kebanyakan
stromatolite purba terjadi pada batugamping, namun, stromatolite juga telah dilaporkan
terdapat pada sedimen silisiklastik. Perlapisan stromatolite berkisar dari
bentuk yang nyaris mirip laminasi datar yang dapat menyulitkan untuk
membedakannya dengan laminasi sedimen dengan asal yang lain sampai dengan
bentuk hemispherical dimana laminae-nya terdeformasi dengan derajad yang
bervariasi. Bentuk hemipherical berkisar dari bentuk seperti biskuit dan kubis
sampai bentuk kolumnar. Logan, Rezak, dan Ginsburg (1964) mengklasifikasikan
stromatolit dengan bentuk hemispherical ini kedalam tiga jenis dasar : (1)
laterallly linked hemispheroids, (2) discrete,vertically stacked hemispheroids,
dan (3) discrete spheroids, atau spheroidal structures. Dulunya stromatolie
pernah dipertimbangkan sebagai ‘true body fossils’ oleh peneliti-peneliti pendahulu,
namun sekarang diketahui sebagai struktur organosedimentary yang dibentuk
sebagian besar oleh aktivitas trapping dan binding dari blue-green algae
(cyanobacteria). Sekarang ini terbentuk dibanyak lokasi dimana umumnya
terbentuk pada zona shallow subtidal,intertidal, dan supratidal disamudra. Stromatolite ini
juga telah ditemukan dilingkungan lakustrin. Karena berhubungan dengan
aktivitas blue-green algae, yang bergantung pada fotosintesis, maka hanya
terbatas pada kedalaman air dan lingkungan yang mempunyai ketersediaan
pencahayaan yang cukup untuk melakukan fotosintesis saja.
Nature
of Bedding (Sam Boggs Jr.) :
Bedding
merupakan karateristik fundamental dari batuan sedimen, Lapisan dapat berupa
layer tabular atau lenticular dari batuan sedimen yang mempunyai unit litologi,
tekstur, atau struktur yang membedakan perlapisan secara jelas dari strata
diatas dan yang dibawah. Permukaan bagian atas dan bagian bawah dari lapisan
diketahui sebagai ‘bedding plane’ atau ‘bounding plane’. Otto (1938) menyatakan
bahwa lapisan merupakan unit-unit sedimentasi; dengan ketebalan endapan sedimen
dalam kondisi fisik esensial yang konstan. Lapisan diartikan sebagai strata
yang lebih tebal dari 1 cm (McKee and Weir,1953); layer dengan ketebalan kurang
dari 1 cm disebut lamina. Lapisan dipisahkan oleh bidang perlapisan atau
permukaan lapisan, kebanyakan merepresentasikan bidang bukan deposisi,
perubahan tiba-tiba dalam komposisi (yang mencerminkan perubahan-perubahan kondisi
pengendapan), atau sebagai permukaan erosional (Campbell,1967). Beberapa
permukaan lapisan dapat mempunyai ciri-ciri postdeposisi yang dibentuk oleh
proses-proses diagenesa atau pelapukan. Permukaan dibagian top dan bottom dari
lapisan umumnya paralel satu sama lain, namun, beberapa bedding surface juga
nonparallel. Bedding surface itu sendiri dapat berbentuk datar, bergelombang,
maupun berliku. Berdasarkan kombinasi
dari karateristik ini, lapisan dapat memiliki variasi dari bentuk geometri
seperti uniform-tabular,tabular-lenticular,curved-tabular,wege shape, dan
irregular. Interior dari lapisan (Interval diantara bedding plane) dapat
berisikan layer-layer dan lamina yang esensialnya paralel dengan bidang
perlapisan; maka lapisan dapat memperlihatkan internal planar stratification
atau laminated bedding. Layer-layer dan lamina sebagai struktur internal dari
beberapa lapisan diendapkan pada sudut tertentu dengan bounding surface dari
lapisan, oleh sebab itu disebut sebagai ‘cross-strata’ atau ‘cross-lamina’
(Dibahas lebih lanjut dibagian berikutnya). Lapisan yang terkomposisi oleh
unit-unti cross stratifikasi atau cross laminasi disebut sebagai ‘cross-beds’
atau perlapisan silang siur. Boundng surface dari perlapisan silang siur ini
dapat paralel ataupun nonparalel. Kebanyakan perlapisan dikarateristikkan
dengan kepenerusan lateral, dan beberapa lapisan dapat dilacak sampai beberapa
kilometer. Tiap individu lapisan dihasilkan secara esensial oleh
kondisi-kondisi fisis,kimia,ataupun kondisi biologis yang tetap/konstan.
Kebanyakan lapisan telah dibentuk dengan sangat cepat oleh kejadian tunggal
seperti pembanjiran yang terjadi hanya beberapa jam atau beberapa hari saja.
Bahkan pengendapan yang lebih cepat mungkin hanya terjadi dalam beberapa detik
atau menit, seperti pengendapan dari sand laminae dari grain flow yang bergerak
turun pada slip face dari sand dune, terjadi pada beberapa lingkungan tertentu.
Sebaliknya, pengendapan suspensi dari lempung sangat halus dapat memakan waktu
berbulan-bulan sampai beberapa tahun untuk menghasilkan lapisan. Banyak
perlapisan tidak terpreservasi untuk menjadi bagian dari rekaman geologi namun
dihancurkan oleh rangkaian babak-babak erosional. Potensi preservasi dapat
lebih baik terjadi untuk lapisan yang terendapkan oleh even dengan skala besar,
seperti pembanjiran yang sangat besar, daripada lapisan yang dibentuk dari
even-even dengan skala kecil.
Deformation
Structures (Sam Boggs Jr.) :
Convolute Bedding and Lamination
Convolute
bedding merupakan struktur yang terbentuk oleh perlipatan yang kompleks atau
penggumpalan yang berbelit-belit dari lapisan kedalam bentuk yang tidak
teratur, umumnya antiklin dan sinklin yang berskala kecil. Strata diatas dan
dibawahnya dapat menunjukkan sedikit bukti dari deformasi. Convolute bedding
ini paling umum terdapat pada pasir halus atau pasir lanauan, dan laminasi
dapat secara khusus ditemui pada lipatan-lipatan tersebut. Convolusi meningkat
dalam hal kerumitan dan amplitudonya kearah atas dari undisturbed laminae
dibagian terendah dari unit tersebut.. Kisaran ketebalan lapisan yang
mengandung laminasi konvolut ini sekitar 3 sampai 25 cm (Potter and
Pettijohn,1977), tetapi unit-unit yang terkonvolutkan dengan ketebalan sampai
beberapa meter telah dilaporkan baik pada eolian maupun pada subaqueous
deposit.
Convolute
Lamination paling umum terdapat pada rangkaian turbidit, juga terjadi pada
sedimen intertidal-flat, river flood plain dan sedimen point bar, serta endapan
deltaic. Asal muasal convolute bedding ini masih belum dimengerti dengan cukup
baik, tetapi nampaknya disebabkan oleh deformasi plastis dari liquifaksi
partial sedimen segera setelah pengendapan. Sumbu-sumbu dari beberapa lipatan
convolute mempunyai orientasi yang khusus yang umumnya ‘coincide’ dengan arah
paleocuurent, memberikan gambaran bahwa proses-proses yang menghasilkan
convolusi terjadi selama pengendapan, setidaknya pada kasus ini. Liquifaksi
sedimen dapat disebabkan oleh beberapa proses-proses seperti differential overloading,earthquake
shocks, dan breaking waves.
Flame Structures
Struktur
flame merupakan ‘lidah’ dari mud yang bergelombang atau berbentuk seperti nyala
api yang menonjol keatas kedalam layer diatasnya, yang umumnya batupasir.
Crest/puncak dari beberapa struktur flame ini biasanya bengkok/terbalikkan;
umumnya puncak yang terbalik ini cenderung berarah yang sama, tapi merupakan
kasus yang tidak selalu terjadi. Flame structures umumnya berhubungan dengan
struktur lain yang disebabkan oleh pembebanan sedimen. Umumnya mungkin
disebabkan oleh pembebanan dari layer mud jenuh air yang densitasnya lebih
rendah dari pasir diatasnya. Orientasi dari overturned crest menggambarkan
bahwa pembebanan disertai dengan beberapa pergeseran atau pergerakan horisontal
diantara lapisan pasir dan mud.
Ball and Pillow Structures
Struktur
ball dan pillow ini hadir dibagian bawah dai lapisan batupasir, dan umumnya sedikit
pada lapisan batugamping. Mengandung massa yang hemispherical atau berbentuk
lonjong/seperti ginjal (kidney-shaped masses) pada batupasir atau batugamping
yang menunjukkan laminasi internal. Ball and pillow masih dapat terhubung
dengan lapisan diatasnya atau dapat dengan sempurna terisolasi/terpisahkan dari
lapisan dan terperangkap pada mud dibawahnya. Struktur Ball dan pillow
dipercaya terbentuk sebagai hasil dari terperosoknya serta perpisahan dari
semiconsolidated sand, atau limy sediment, sebagai pengaruh dari liquifaksi
partial dari mud dibawahnya, kemungkinan disebabkan oleh guncangan. Liquifaksi
dari mud menyebabkan lapisan sand atau limy sedimen diatasnya untuk berubah
kedalam massa-massa hemispherical yang berikutnya dapat terpisah dari lapisan dan
tenggelam kedalam mud. Kuenen (1958) melalui eksperimennya menghasilkan
struktur yang mirip atau serupa dengan
strutur ball dan pillow yang terbentuk secara alami dengan membuat guncangan
pada lapisan endapan pasir diatas thixotropic clay.
Cross Stratification (Sam
Bogss Jr.)
Cross-Bedding. Cross
bedding umumnya terbentuk dari migrasi oleh ripple dan dune oleh air maupun
udara. Migrasi dari ripple atau dune memicu bentukan dipping foreset laminae
yang disebabkan oleh pelongsoran atau pengendapan suspensi dizona separasi pada
lee side dari bedform ini. Jika sebagian besar sedimen terlalu kasar untuk
ditransportasikan dengan suspensi, pengguguran/pelongsoran dari sedimen bedload
menuruni lee side dari ripple dapat menyebabkan bentukan dari laminasi yang
curam dan lurus. Inclined foreset lamina ini membuat kontak dengan bidang yang
nyaris horisontal dengan thin bottomset laminae (endapan suspensi) pada sudut
yang jelas (nontangensial). Efek yang sama tercapai jika ketinggian lee slope
besar dibandingkan dengan total kedalaman aliran, jadi suspended load jatuh
umumnya pada lee slpoe. Jika suspensed load besar, atau jika tinggi dari lee
slope tergolong kecil dibandingkan dengan dalamnya aliran, sedimen suspensi
akan menumpuk dengan cukup cepat didasar lee slope sama cepat dengan
pertumbuhan dari endapan longsoran.
Proses
ini menyebabkan bagian bawah dari foreset laminae untuk meliku keluar (curved
outwards) dan mendekati bottomset laminae secara asimptot (Blatt,Middleton,dan
Murray,1980). Maka, cross lamina tersebut dikatakan ‘tangensial’. Cross bedding
umumnya terjadi dalam kumpulan. Kumpulan cross bedding dengan ketebalan kurang
dari sekitar 5 cm disebut sebagai ‘small-scale cross-bedding’, sementara itu
dalam set dengan ketebalan lebih dari 5 cm ialah ‘large-scale cross-bedding’.
Cross bedding terbentuk dalam kondisi lingkungan yang berbeda-beda dan dapat
serupa tampilannya, dan sering sulit membedakan distudi lapangan antara yang
terbentuk di lingkungan fluvial, eolian, dan marine.
Tabular cross-bedding umumnya
terbentuk dari migrasi oleh straight-crested ripple dan dune berskala besar,
maka terbentuk selama kondisi rezim aliran bawah. Ketebalan individu tiap bed
berkisar antara beberapa puluh sentimeter sampai satu meter atau lebih, namun
ketebalan sampai dengan 10 m telah juga diobservasi (Harms et al,1975).
Trough cross-bedding berasal baik dari
migrasi oleh small current ripple, yang menghasilkan kumpulan cross bed
berskala kecil, atau oleh migrasi dari trough-shaped dune berskala besar.
Trough cross-bedding dibentuk oleh migrasi dari ripple berskala besar umumnya
mempunyai kisaran ketebalan beberapa puluh sentimeter dan lebarnya kurang dari
1 m sampai lebih dari 4 m.
Ripple Cross-Lamination (Climbing
Ripples). Ripple Cross-Lamination (climbing ripples) terbentuk
ketika pengendapan terjadi sangat cepat selama migrasi dari arus atau wave
ripple (McKee,1965;Jopling; dan Walker,1968). Formasi dari climbing ripple ini
nampak membutuhkan sedimen yang melimpah, khususnya sedimen suspensi, yang
cepat terkubur dan mengawetkan layer asli yang ter-ripple-kan. Suplai sedimen
suspensi yang melimpah harus dikombinasikan dengan transport traksi yang cukup
untuk menghasilkan ripple pada bed, namun tidak cukup untuk menyebabkan erosi
yang lengkap dari laminae pada stoss side di ripple tersebut. Beberapa ripple laminae
mungkin ‘in phase’ (satu puncak ripple berada secara langsung diatas puncak
yang lain), mengindikasikan ripple tersebut tidak bermigrasi. ‘In phase’ ripple
laminae terbentuk pada kondisi dimana keseimbangana antara transport traksi dan
suplai sedimen telah tercapai.
Climbing
ripple terjadi pada endapan sedimen dilingkungan yang dikareteristikkan oleh
sedimentasi yang cepat dari suspensi fluvial flood plain, point bar, river
delta (periodic flooding), dan pada lingkungan dengan sedimentasi turbidit.
Flaser and Lenticular Bedding. Flaser
bedding merupakan jenis dari ripple bedding dimana terdapat
goresan tipis dari mud yang terjadi diantara kumpulan/set cross laminated atau
ripple-laminated dari sedimen lanauan atau pasiran. Mud terkonsentrasi umumnya
pada trough dari ripple namun dapat juga menutupi sebagian crest. Flaser
bedding menggambarkan pengendapan dalam kondisi fluktuasi hidrolik. Periode
dari aktivitas arus, ketika transport traksi dan pengendapan dari rippled sand
terjadi, yang bergantian dengan periode yang tenang, dimana mud terendapkan.
Episode yang berulang dari aktivitas arus mengerosi endapan ripple crest
sebelumnya, menyebabkan rippled sand baru terkubur dan mempreservasi lapisan
ripple dengan mud flaser pada trugh (Reineck and Singh,1980).
Lenticular bedding merupakan
struktur yang terbentuk oleh interbedding mud dan ripple cross-laminated sand
yang mana ripple atau sand lens tidak menerus dan terisolasi pada arah baik
vertikal maupun horisontal. Reineck dan Singh (1980) menyarankan bahwa flaser
bedding dihasilkan pada lingkungan dimana kondisi untuk pengendapan dan
preservasi dari pasir lebih baik ketimbang mud, namun lenticular bedding
dihasilkan dilingkungan dimana kondisi lebih menguntungkan bagi pengendapan dan
pengawetan mud daripada pasir. Flaser dan lenticular bedding nampak umum
terbentuk secara khusus pada tidal flat dan di lingkungan subtuidal dimana
kondisi dari aliran arus atau aksi gelombang yang menyebabkan pengendapan sand
bergantian dengan kondisi air pada saat mud diendapkan. Juga terbentuk pada
lingkungan delta-front marine, dimana fluktuasi dari suplai sedimen dan
kecepatan arus umum terjadi; pada lingkungan danau didepan small-delta; dan
kemungkinan pada paparan laut dangkal terkait dengan transport pasir oleh badai
kedalam air yang lebih dalam.
Hummocky Cross-stratification . Isitlah
Hummocky cross-stratification diperkenalkan oleh Harms et al pada tahun 1975,
walaupun struktur ini telah dikenali dan dideskripsikan dalam nama lain yang
berbeda oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hummocky cross stratifikasi
dikarateristikan oleh set undulasi dari cross laminasi yang berbentuk
concave-up (swales) dan convex-up (hummocks). Set cross beds memotong satu sama
lain secara halus dengan permukaan erosional yang melengkung. Hummocky cross
bedding umumnya terjadi dalam set dengan tebal 15 sampai 50 cm dengan dasar
erosional yang bergelombang dan bagian top dengan ripple atau bioturbasi (Harms
et al.,1975). Jarak dari Hummock dan Swales ialah dari 50 cm sampai beberapa
meter. Batas permukaan yang lebih rendah dari unit hummocky tajam dan umumnya
merupakan permukaan erosional.
Sole
marks yang dibentuk oleh arus dapat terbentuk didasar. Hummocky cross
stratifikasi khususnya terjadi pada batupasir halus sampai batulanau kasar yang
umumnya mengandung mika yang melimpah dan debris halus tumbuhan karbonatan
(Dott and bourgeois,1982). Harms et al (1975,1982) menyatakan bahwa struktur
ini dibentuk oleh ‘surge’ yang kuat dari arah yang bervariasi (oscillatory
flow) yang disebabkan oleh gelombang badai yang relatif besar disamudra. Aksi
dari gelombang badai yang kuat awalnya mengerosi lantai samudra kedalam low
hummocky dan swales yang secara signifikan minim orientasi. Togografi ini lalu
diselimuti oleh laminasi. Duke, Arnott, dan Cheel (1991) dan Cheel dan Leckie
(1993) menyatakan bahwa hummocky cross stratification berasal oleh kombinasi
dari arus searah (unidirectional) dan oscillatory flow yang terkait dengan
aktivitas badai. Walaupun Hummocky cross stratifikasi secara umum dikaitkan
dengan batuan sedimen laut dangkal, Duke (1985) melaporkan bahwa struktur ini
terdapat juga pada beberapa batuan sedimen lakustrin.
Diterjemahkan oleh : Muhammad Fachreza (Teknik Geologi UPN Yogya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar