Minggu, 11 Desember 2016

STRUKTUR SEDIMEN (Sam boggs Jr.)

Struktur sedimen by Sam Boggs Jr.


        Struktur sedimen adalah komponen berskala besar dari batuan sedimen seperti parallel bedding, cross bedding, ripples, dan mudcracks yang mana paling baik dipelajari dilapangan. Dihasilkan dari proses-proses sedimentasi yang beragam, termasuk fluid flow, sediment gravity flow, soft-sediment deformation, dan aktivitas biogenik. Karena struktur mencerminkan kondisi lingkungan yang membentuk struktur sedimen tersebut, maka merupakan suatu hal yang menjadi perhatian seorang geologist  sebagai alat untuk melakukan interpretasi seperti aspek-aspek lingkungan sedimen masa lampau seperti mekanisme transport sedimen, arah aliran arus purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus relatif. Beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk mengindentifikasi bagian top dan bottom dari perlapisan maka dapat digunakan untuk mendeterminasikan apakah urutan-urutan sedimentasi berada dalam keadaan stratigrafi pengendapan atau telah terbalikkan oleh pengharuh tektonik. Struktur sedimen secara khusus melimpah pada batuan sedimen silisiklastik, namun juga terjadi pada batuan sedimen nonsilisiklastik seperti pada batugamping dan evaporite (Sam Boggs, Jr.).

         Klasifikasi struktur sedimen (deskriptif) dari sam boggs. Jr :

A.  Stratification and bedforms
A.1. Planar bedding and lamination
A.1.1. Laminated bedding
A.1.2.graded bedding
A.1.3. Massive (structureless) bedding
A.2. Bedforms
A.2.1. Ripples
A.2.2. Dunes
A.2.3. Antidunes
A.3. Cross stratification
A.3.1. Cross-bedding
A.3.2. Ripple cross-lamination
A.3.3. Flaser and lenticular bedding
A.3.4. Hummocky cross-stratification
A.4. Irregular stratification
A.4.1. Convolute bedding and lamination
A.4.2. Flame structures
A.4.3. Ball and pillow structures
A.4.4. Synsedimentary folds and faults
A.4.5. Dish and pillar structures
A.4.6. Mottled bedding
A.4.7. Stromatolites

B.  Bedding-plane markings
B.1. Groove casts; striations; bounce; brush; prod, and roll marks
B.2. flute casts
B.3. Parting lineation
B.4. Load casts
B.5.tracks, trails, burrows
B.6. Mudcracks and syneresis cracks
B.7. Pits and small impressions
B.8. Rill and swash marks

C.   Other structures
C.1. Sedimentary sills and dikes



Klasifikasi struktur sedimen berdasarkan proses pembentukannya dari sam boggs jr.:



A.  Depositional structures
A.1. Suspension settling and current-and wave formed structures
A.2. Wind-formed structures
A.3. Chemically and biochemically formed structures

B.  Erosional structures
B.1. Scour marks
B.2. Tool marks

C.   Deformation structures
C.1. Slump structures
C.2. Load and founder structures
C.3. Injection (fluidization) structures
C.4. Fluid-escape structures
C.5. Desiccation structures
C.6. Impact structures (rain, hail, spray)

D.  Biogenic structures
D.1. Bioturbation structures
D.2. Biostratification structures

           Menurut Sam Boggs Jr. :

Graded Bedding merupakan unit sedimentasi yang dikarateristikkan oleh gradasi vertikal dalam ukuran butir. Ketebalannya berkisar  dari beberapa sentimeter sampai beberapa meter atau lebih dan umumnya mempunyai kontak basal yang tajam. Lapisan yang menunjukkan gradasi dari partikel yang lebih kasar dibagian dasar sampai partikel yang lebih halus dibagian atas dikatakan memiliki grading yang normal atau biasa disebut dengan “normal grading”. Lapisan normal graded dapat terbentuk oleh beberapa proses, seperti sedimentasi dari material suspensi yang disebabkan oleh aktivitas badai pada paparan atau pengendapan fase akhir dari heavy flood, namun berdasarkan rekaman geologi asal mula yang paling banyak diberikan untuk graded bedding ini  ialah dari arus turbidit. Material dari graded ini dapat berupa mud, sand, atau yang lebih jarangnya gravel. Beberapa unit turbidit dengan graded menunjukkan urutan struktur sedimen yang ideal, disebut dengan Bouma Sequence.

Reverse Grading dapat juga terjadi namun tidak seumum pada normal grading. Terdapat dua mekanisme pembentukan reverse grading ini : (1) dispersive pressures dan (2) kinetic sieving. Dispersive pressure diyakini lebih proporsional dalam kasus ini. Pada sedimen dengan ukuran butir yang bercampur, tekanan dispersive yang lebih tinggi bekerja pada partikel yang lebih besar yang cenderung memnbuatnya masuk kedalam zona dengan shear yang lebih sedikit. Alternatif lainnya, reverse grading dapat dijelaskan dengan mekanisme kinetic sieve atau lebih sederhanya dapat dikatakan sebagai pengayakan oleh karena adanya gaya kinetik. Dalam campuran butir yang mengalami ketidakstabilan, butiran yang lebih kecil jatuh kebawah dari butiran yang lebih besar seiring dengan pergerakan butiran yang membuka ruang diantara partikel-partikel yang lebih besar. Secara keseluruhan, reverse grading merupakan fenomena yang relatif jarang, dan asal mulanya masih belum dimengerti dengan cukup baik.  

Massive (Structureless) Bedding (Sam Boggs, Jr) :
Istilah perlapisan massive digunakan untuk mendeskripsikan perlapisan yang menunjukkan keseragaman dan miskin dengan struktur internal. Menggunakan teknik X-radiograf (Hamblin,1965) atau metoda etsa dan metoda noda sering menampakkan bahwa lapisan seperti ini sebenarnya tidak masif namun lebih dari itu lapisan ini mengandung sedikit struktur yang berkembang. Liquifaksi dari sedimen yang memicu goncangan yang tiba-tiba atau mekanisme lainnya yang terjadi segera setelah pengendapan dianggap sebagai penyebab dari rusaknya stratifikasi original untuk menghasilkan perlapisan masif ini. Sebaliknya, terdapat asumsi bahwa lapisan masif yang minim stratifikasi ini merupakan ciri-ciri utama yang terjadi pada keadaan tidak adanya transport traksi dan dihasilkan dari pengendapan yang sangat cepat dari material suspensi atau pengendapan dari dispersi sedimen dengan konsentrasi yang sangat tinggi selama berlangsungnya sedimen gravity flow.


Efek dari ukuran butir dan kedalam air dalam perkembangan bedform
(Sam Boggs Jr.)

        Studi eksperimen menunjukkan bahwa rangkaian bedform yang berkembang pada kedalaman air selama aliran fluida tidak hanya bergantung pada kecepatan aliran tapi juga ukuran butir, oleh sebab itu, rangkaian bedform tidak terjadi pada semua ukuran butir sedimen. Grafik dibawah menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran dengan ukuran butir pada kedalaman air yang berkisar dari 0,25 sampai 0,40 m. 
Jika aliran membawa sedimen dengan ukuran butir lebih kasar dari 0,9 mm contohnya, fase ripple tidak berkembang, oleh sebab itu, lower plane-bed phase hanya membentuk formasi dari dune. Berdasarkan grafik tersebut juga, ukuran butir dibawah sekitar 0,15 mm, dune tidak terbentuk. Untuk detail dari pemplotan tersebut dapat melihat referensi dari Southard dan Boguchwal (1990).

Klasifikasi Ripple (Sam Boggs Jr.) :
      
Ripple dapat terjadi baik pada sedimen silisiklastik maupun karbonat. Ripple dapat terbentuk oleh transport dari angin maupun air. Ripple dapat berkembang pada material butiran pada aliran arus satu arah (unidirectional current flow) atau  dari oscillatory flow (aksi gelombang/ombak). Ripple yang berkembang pada arus yang searah asimetri bentuknya, dan bagian steep atau lee sidenya menghadap hilir sesuai arah dari aliran arus. Ripple yang tidak simetri seperti ini disebut sebagai current ripples. Pada kondisi alami, terbentuk dari aliran sungai atau stream, oleh backwash dipantai, dan dari longshore current, tidal current, dan deep ocean bottom current. Kondisi hidraulik yang menyebabkan terbentuknya ripple dan dune terjadi pada Froude number dengan nilai <~1. Dalam kondisi aliran seperti ini, baik permukaan air menunjukkan sedikit gangguan atau gelombang air dalam kondisi ‘out of phase’ dengan bedform, dan aliran dikatakan berada pada keadaan ‘lower flow regime’ (Simons and Richardson,1961). Migrasi downstream dari ripple dan dune memicu pembentukan cross laminasi yang dipnya berarah downstream dengan sudut sekitar 30o . Dengan peningkatan lanjut dari kecepatan arus, dune hancur dan beralih pada babak aliran dengan rezim aliran atas atau ‘upper flow regime’, yang mempunyai nilai froude number >~1. Pada pandangan datar, crest atau puncak dari current ripple dan dune mempunyai variasi dalam hal bentuk, yakni : Straight, sinuous, catenary, linguoid, dan lunate (dapat dilihat pada ilustrasi dibawah). Bentuk-bentuk dari ripple dan dune tersebut berkaitan dengan kedalaman air dan kecepatan arus; namun, faktor-faktor yang mengontrol bentuk-bentuk tersebut belum terlalu dimengerti dengan baik. Telah dipelajari bahwa dalam keadaan alami, bentuk yang lebih kompleks cenderung untuk terbentuk pada air yang lebih dangkal dan kecepatan arus yang lebih tinggi daripada bentuk yang lebih sederhana. Rangkaian dari bedform yang berkembang dengan pengurangan kedalaman air dan kecepatan aliran ialah dari straight ke sinuous ke symmetric linguoid sampai asymmetric linguoid untuk ripple dan dari straight ke sinuous ke catenary sampai lunate untuk dune. Ripple yang terbentuk oleh aksi ombak cenderung berbentuk lebih/nyaris simetri dan memiliki straight crest yang agak baik. Ripple paling umum ada di lingkungan air dangkal, namun, ripple telah difoto pada lantai samudra modern pada kedalaman beberapa ribu meter. Ripple memiliki potensi pengawetan yang relatif rendah dikarenakan ripple cenderung untuk tererosi dan hancur oleh erosi arus sebelum dapat terburialkan. Oleh sebab itu, ancient ripple seperti ripple modern tidak secara ekstrim melimpah pada rekamann sedimen. Dune bahkan lebih sedikit terawetkan, namun ancient dune juga hadir di beberapa unit-unit batupasir yang tebal.

            Bounce, brush, prod, roll, and skip marks (Sam Boggs Jr.)


         Tanda/jejak kecil seperti cungkilan yang dihasilkan oleh objek yang membuat kontak yang intermittent (pada periode tertentu) dengan bagian bottom, membuat tanda/jejak kecil. ‘Brush’ dan ‘prod marks’ tidak simetri bentuknya, dan bagian yang lebih dalam dan lebih luas dari jejak tersebut berorientasi kearah hilir. ‘Bounce marks’ mempunyai bentuk yang simetri secara kasar. ‘Roll’ dan ‘skip marks’ dibentuk oleh tool/objek yang memantul naik dan turun atau berputar sepanjang permukaan untuk menghasilkan track/jalur yang menerus. (Genesa dari struktur ini diilustrasikan pada gambar diatas)


            Parting lineation (Sam Boggs Jr.) :


           Parting lineation, kadang-kadang disebut dengan current lineation, terbentuk pada permukaan lapisan di batupasir yang berlaminasi paralel. Berisikan subparallel ridge dan groove yang berukuran beberapa milimeter lebarnya sampai dengan beberapa sentimeter panjangnya.Relief pada ridge dan hollow umumnya berhubungan dengan diameter dari butiran batupasir. Butiran pada batupasir umumnya mempunyai orientasi makna dari sumbu-sumbu panjangnya yang paralel dengan lineasi tersebut. Lineasi berorientasi parallel atau sejajar dengan aliran arus, dan oleh sebab itu kehadirannya pada batupasir purba bermanfaat pada studi tentang paleocurrent, walaupun hanya menunjukkan bahwa arus mengalir sejajar dengan parting lineasi dan tidak menunjukkan yang mana dari kedua arah tersebut yang melawan arah aliran yang merupakan arah aliran sebenarnya.  Parting lineasi terjadi pada endapan pasir modern dilingkungan pantai dan fluvial. Paling umum terdapat pada endapan purba yang tipis, kadang-kadang pada batupasir berlapis. Asal mulanya jelas terkait dengan aliran arus dan orientasi butir, kemungkinan dari aliran diatas rezim plane beds diupper flow regime, namun mekanisme yang pasti dari pembentukan parting lineasi ini belum dimengerti dengan cukup baik.

             Stromatolite (Carbonates) (Sam Boggs Jr.) :
        
         Stromatolite terbentuk secara organik, struktur berlaminasi yang berkomposisi lanau halus atau sedimen berukuran lempung atau yang lebih jarang sedimen berukuran pasir. Kebanyakan stromatolite purba terjadi pada batugamping, namun, stromatolite juga telah dilaporkan terdapat pada sedimen silisiklastik. Perlapisan stromatolite berkisar dari bentuk yang nyaris mirip laminasi datar yang dapat menyulitkan untuk membedakannya dengan laminasi sedimen dengan asal yang lain sampai dengan bentuk hemispherical dimana laminae-nya terdeformasi dengan derajad yang bervariasi. Bentuk hemipherical berkisar dari bentuk seperti biskuit dan kubis sampai bentuk kolumnar. Logan, Rezak, dan Ginsburg (1964) mengklasifikasikan stromatolit dengan bentuk hemispherical ini kedalam tiga jenis dasar : (1) laterallly linked hemispheroids, (2) discrete,vertically stacked hemispheroids, dan (3) discrete spheroids, atau spheroidal structures. Dulunya stromatolie pernah dipertimbangkan sebagai ‘true body fossils’ oleh peneliti-peneliti pendahulu, namun sekarang diketahui sebagai struktur organosedimentary yang dibentuk sebagian besar oleh aktivitas trapping dan binding dari blue-green algae (cyanobacteria). Sekarang ini terbentuk dibanyak lokasi dimana umumnya terbentuk pada zona shallow subtidal,intertidal,  dan supratidal disamudra. Stromatolite ini juga telah ditemukan dilingkungan lakustrin. Karena berhubungan dengan aktivitas blue-green algae, yang bergantung pada fotosintesis, maka hanya terbatas pada kedalaman air dan lingkungan yang mempunyai ketersediaan pencahayaan yang cukup untuk melakukan fotosintesis saja.

               Nature of Bedding (Sam Boggs Jr.) :
           
           Bedding merupakan karateristik fundamental dari batuan sedimen, Lapisan dapat berupa layer tabular atau lenticular dari batuan sedimen yang mempunyai unit litologi, tekstur, atau struktur yang membedakan perlapisan secara jelas dari strata diatas dan yang dibawah. Permukaan bagian atas dan bagian bawah dari lapisan diketahui sebagai ‘bedding plane’ atau ‘bounding plane’. Otto (1938) menyatakan bahwa lapisan merupakan unit-unit sedimentasi; dengan ketebalan endapan sedimen dalam kondisi fisik esensial yang konstan. Lapisan diartikan sebagai strata yang lebih tebal dari 1 cm (McKee and Weir,1953); layer dengan ketebalan kurang dari 1 cm disebut lamina. Lapisan dipisahkan oleh bidang perlapisan atau permukaan lapisan, kebanyakan merepresentasikan bidang bukan deposisi, perubahan tiba-tiba dalam komposisi (yang mencerminkan perubahan-perubahan kondisi pengendapan), atau sebagai permukaan erosional (Campbell,1967). Beberapa permukaan lapisan dapat mempunyai ciri-ciri postdeposisi yang dibentuk oleh proses-proses diagenesa atau pelapukan. Permukaan dibagian top dan bottom dari lapisan umumnya paralel satu sama lain, namun, beberapa bedding surface juga nonparallel. Bedding surface itu sendiri dapat berbentuk datar, bergelombang, maupun berliku.  Berdasarkan kombinasi dari karateristik ini, lapisan dapat memiliki variasi dari bentuk geometri seperti uniform-tabular,tabular-lenticular,curved-tabular,wege shape, dan irregular. Interior dari lapisan (Interval diantara bedding plane) dapat berisikan layer-layer dan lamina yang esensialnya paralel dengan bidang perlapisan; maka lapisan dapat memperlihatkan internal planar stratification atau laminated bedding. Layer-layer dan lamina sebagai struktur internal dari beberapa lapisan diendapkan pada sudut tertentu dengan bounding surface dari lapisan, oleh sebab itu disebut sebagai ‘cross-strata’ atau ‘cross-lamina’ (Dibahas lebih lanjut dibagian berikutnya). Lapisan yang terkomposisi oleh unit-unti cross stratifikasi atau cross laminasi disebut sebagai ‘cross-beds’ atau perlapisan silang siur. Boundng surface dari perlapisan silang siur ini dapat paralel ataupun nonparalel. Kebanyakan perlapisan dikarateristikkan dengan kepenerusan lateral, dan beberapa lapisan dapat dilacak sampai beberapa kilometer. Tiap individu lapisan dihasilkan secara esensial oleh kondisi-kondisi fisis,kimia,ataupun kondisi biologis yang tetap/konstan. Kebanyakan lapisan telah dibentuk dengan sangat cepat oleh kejadian tunggal seperti pembanjiran yang terjadi hanya beberapa jam atau beberapa hari saja. Bahkan pengendapan yang lebih cepat mungkin hanya terjadi dalam beberapa detik atau menit, seperti pengendapan dari sand laminae dari grain flow yang bergerak turun pada slip face dari sand dune, terjadi pada beberapa lingkungan tertentu. Sebaliknya, pengendapan suspensi dari lempung sangat halus dapat memakan waktu berbulan-bulan sampai beberapa tahun untuk menghasilkan lapisan. Banyak perlapisan tidak terpreservasi untuk menjadi bagian dari rekaman geologi namun dihancurkan oleh rangkaian babak-babak erosional. Potensi preservasi dapat lebih baik terjadi untuk lapisan yang terendapkan oleh even dengan skala besar, seperti pembanjiran yang sangat besar, daripada lapisan yang dibentuk dari even-even dengan skala kecil.

          Deformation Structures (Sam Boggs Jr.) :

          Convolute Bedding and Lamination

     Convolute bedding merupakan struktur yang terbentuk oleh perlipatan yang kompleks atau penggumpalan yang berbelit-belit dari lapisan kedalam bentuk yang tidak teratur, umumnya antiklin dan sinklin yang berskala kecil. Strata diatas dan dibawahnya dapat menunjukkan sedikit bukti dari deformasi. Convolute bedding ini paling umum terdapat pada pasir halus atau pasir lanauan, dan laminasi dapat secara khusus ditemui pada lipatan-lipatan tersebut. Convolusi meningkat dalam hal kerumitan dan amplitudonya kearah atas dari undisturbed laminae dibagian terendah dari unit tersebut.. Kisaran ketebalan lapisan yang mengandung laminasi konvolut ini sekitar 3 sampai 25 cm (Potter and Pettijohn,1977), tetapi unit-unit yang terkonvolutkan dengan ketebalan sampai beberapa meter telah dilaporkan baik pada eolian maupun pada subaqueous deposit.
       Convolute Lamination paling umum terdapat pada rangkaian turbidit, juga terjadi pada sedimen intertidal-flat, river flood plain dan sedimen point bar, serta endapan deltaic. Asal muasal convolute bedding ini masih belum dimengerti dengan cukup baik, tetapi nampaknya disebabkan oleh deformasi plastis dari liquifaksi partial sedimen segera setelah pengendapan. Sumbu-sumbu dari beberapa lipatan convolute mempunyai orientasi yang khusus yang umumnya ‘coincide’ dengan arah paleocuurent, memberikan gambaran bahwa proses-proses yang menghasilkan convolusi terjadi selama pengendapan, setidaknya pada kasus ini. Liquifaksi sedimen dapat disebabkan oleh beberapa proses-proses seperti differential overloading,earthquake shocks, dan breaking waves.
             
              Flame Structures

            Struktur flame merupakan ‘lidah’ dari mud yang bergelombang atau berbentuk seperti nyala api yang menonjol keatas kedalam layer diatasnya, yang umumnya batupasir. Crest/puncak dari beberapa struktur flame ini biasanya bengkok/terbalikkan; umumnya puncak yang terbalik ini cenderung berarah yang sama, tapi merupakan kasus yang tidak selalu terjadi. Flame structures umumnya berhubungan dengan struktur lain yang disebabkan oleh pembebanan sedimen. Umumnya mungkin disebabkan oleh pembebanan dari layer mud jenuh air yang densitasnya lebih rendah dari pasir diatasnya. Orientasi dari overturned crest menggambarkan bahwa pembebanan disertai dengan beberapa pergeseran atau pergerakan horisontal diantara lapisan pasir dan mud.

           Ball and Pillow Structures

       Struktur ball dan pillow ini hadir dibagian bawah dai lapisan batupasir, dan umumnya sedikit pada lapisan batugamping. Mengandung massa yang hemispherical atau berbentuk lonjong/seperti ginjal (kidney-shaped masses) pada batupasir atau batugamping yang menunjukkan laminasi internal. Ball and pillow masih dapat terhubung dengan lapisan diatasnya atau dapat dengan sempurna terisolasi/terpisahkan dari lapisan dan terperangkap pada mud dibawahnya. Struktur Ball dan pillow dipercaya terbentuk sebagai hasil dari terperosoknya serta perpisahan dari semiconsolidated sand, atau limy sediment, sebagai pengaruh dari liquifaksi partial dari mud dibawahnya, kemungkinan disebabkan oleh guncangan. Liquifaksi dari mud menyebabkan lapisan sand atau limy sedimen diatasnya untuk berubah kedalam massa-massa hemispherical yang berikutnya dapat terpisah dari lapisan dan tenggelam kedalam mud. Kuenen (1958) melalui eksperimennya menghasilkan struktur  yang mirip atau serupa dengan strutur ball dan pillow yang terbentuk secara alami dengan membuat guncangan pada lapisan endapan pasir diatas thixotropic clay.

          Cross Stratification (Sam Bogss Jr.)

Cross-Bedding. Cross bedding umumnya terbentuk dari migrasi oleh ripple dan dune oleh air maupun udara. Migrasi dari ripple atau dune memicu bentukan dipping foreset laminae yang disebabkan oleh pelongsoran atau pengendapan suspensi dizona separasi pada lee side dari bedform ini. Jika sebagian besar sedimen terlalu kasar untuk ditransportasikan dengan suspensi, pengguguran/pelongsoran dari sedimen bedload menuruni lee side dari ripple dapat menyebabkan bentukan dari laminasi yang curam dan lurus. Inclined foreset lamina ini membuat kontak dengan bidang yang nyaris horisontal dengan thin bottomset laminae (endapan suspensi) pada sudut yang jelas (nontangensial). Efek yang sama tercapai jika ketinggian lee slope besar dibandingkan dengan total kedalaman aliran, jadi suspended load jatuh umumnya pada lee slpoe. Jika suspensed load besar, atau jika tinggi dari lee slope tergolong kecil dibandingkan dengan dalamnya aliran, sedimen suspensi akan menumpuk dengan cukup cepat didasar lee slope sama cepat dengan pertumbuhan dari endapan longsoran.
Proses ini menyebabkan bagian bawah dari foreset laminae untuk meliku keluar (curved outwards) dan mendekati bottomset laminae secara asimptot (Blatt,Middleton,dan Murray,1980). Maka, cross lamina tersebut dikatakan ‘tangensial’. Cross bedding umumnya terjadi dalam kumpulan. Kumpulan cross bedding dengan ketebalan kurang dari sekitar 5 cm disebut sebagai ‘small-scale cross-bedding’, sementara itu dalam set dengan ketebalan lebih dari 5 cm ialah ‘large-scale cross-bedding’. Cross bedding terbentuk dalam kondisi lingkungan yang berbeda-beda dan dapat serupa tampilannya, dan sering sulit membedakan distudi lapangan antara yang terbentuk di lingkungan fluvial, eolian, dan marine.

Tabular cross-bedding umumnya terbentuk dari migrasi oleh straight-crested ripple dan dune berskala besar, maka terbentuk selama kondisi rezim aliran bawah. Ketebalan individu tiap bed berkisar antara beberapa puluh sentimeter sampai satu meter atau lebih, namun ketebalan sampai dengan 10 m telah juga diobservasi (Harms et al,1975). 

Trough cross-bedding berasal baik dari migrasi oleh small current ripple, yang menghasilkan kumpulan cross bed berskala kecil, atau oleh migrasi dari trough-shaped dune berskala besar. Trough cross-bedding dibentuk oleh migrasi dari ripple berskala besar umumnya mempunyai kisaran ketebalan beberapa puluh sentimeter dan lebarnya kurang dari 1 m sampai lebih dari 4 m.

Ripple Cross-Lamination (Climbing Ripples). Ripple Cross-Lamination (climbing ripples) terbentuk ketika pengendapan terjadi sangat cepat selama migrasi dari arus atau wave ripple (McKee,1965;Jopling; dan Walker,1968). Formasi dari climbing ripple ini nampak membutuhkan sedimen yang melimpah, khususnya sedimen suspensi, yang cepat terkubur dan mengawetkan layer asli yang ter-ripple-kan. Suplai sedimen suspensi yang melimpah harus dikombinasikan dengan transport traksi yang cukup untuk menghasilkan ripple pada bed, namun tidak cukup untuk menyebabkan erosi yang lengkap dari laminae pada stoss side di ripple tersebut. Beberapa ripple laminae mungkin ‘in phase’ (satu puncak ripple berada secara langsung diatas puncak yang lain), mengindikasikan ripple tersebut tidak bermigrasi. ‘In phase’ ripple laminae terbentuk pada kondisi dimana keseimbangana antara transport traksi dan suplai sedimen telah tercapai.
Climbing ripple terjadi pada endapan sedimen dilingkungan yang dikareteristikkan oleh sedimentasi yang cepat dari suspensi fluvial flood plain, point bar, river delta (periodic flooding), dan pada lingkungan dengan sedimentasi turbidit.

Flaser and Lenticular Bedding. Flaser bedding merupakan jenis dari ripple bedding dimana terdapat goresan tipis dari mud yang terjadi diantara kumpulan/set cross laminated atau ripple-laminated dari sedimen lanauan atau pasiran. Mud terkonsentrasi umumnya pada trough dari ripple namun dapat juga menutupi sebagian crest. Flaser bedding menggambarkan pengendapan dalam kondisi fluktuasi hidrolik. Periode dari aktivitas arus, ketika transport traksi dan pengendapan dari rippled sand terjadi, yang bergantian dengan periode yang tenang, dimana mud terendapkan. Episode yang berulang dari aktivitas arus mengerosi endapan ripple crest sebelumnya, menyebabkan rippled sand baru terkubur dan mempreservasi lapisan ripple dengan mud flaser pada trugh (Reineck and Singh,1980).

Lenticular bedding merupakan struktur yang terbentuk oleh interbedding mud dan ripple cross-laminated sand yang mana ripple atau sand lens tidak menerus dan terisolasi pada arah baik vertikal maupun horisontal. Reineck dan Singh (1980) menyarankan bahwa flaser bedding dihasilkan pada lingkungan dimana kondisi untuk pengendapan dan preservasi dari pasir lebih baik ketimbang mud, namun lenticular bedding dihasilkan dilingkungan dimana kondisi lebih menguntungkan bagi pengendapan dan pengawetan mud daripada pasir. Flaser dan lenticular bedding nampak umum terbentuk secara khusus pada tidal flat dan di lingkungan subtuidal dimana kondisi dari aliran arus atau aksi gelombang yang menyebabkan pengendapan sand bergantian dengan kondisi air pada saat mud diendapkan. Juga terbentuk pada lingkungan delta-front marine, dimana fluktuasi dari suplai sedimen dan kecepatan arus umum terjadi; pada lingkungan danau didepan small-delta; dan kemungkinan pada paparan laut dangkal terkait dengan transport pasir oleh badai kedalam air yang lebih dalam.

Hummocky Cross-stratification . Isitlah Hummocky cross-stratification diperkenalkan oleh Harms et al pada tahun 1975, walaupun struktur ini telah dikenali dan dideskripsikan dalam nama lain yang berbeda oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hummocky cross stratifikasi dikarateristikan oleh set undulasi dari cross laminasi yang berbentuk concave-up (swales) dan convex-up (hummocks). Set cross beds memotong satu sama lain secara halus dengan permukaan erosional yang melengkung. Hummocky cross bedding umumnya terjadi dalam set dengan tebal 15 sampai 50 cm dengan dasar erosional yang bergelombang dan bagian top dengan ripple atau bioturbasi (Harms et al.,1975). Jarak dari Hummock dan Swales ialah dari 50 cm sampai beberapa meter. Batas permukaan yang lebih rendah dari unit hummocky tajam dan umumnya merupakan permukaan erosional.

Sole marks yang dibentuk oleh arus dapat terbentuk didasar. Hummocky cross stratifikasi khususnya terjadi pada batupasir halus sampai batulanau kasar yang umumnya mengandung mika yang melimpah dan debris halus tumbuhan karbonatan (Dott and bourgeois,1982). Harms et al (1975,1982) menyatakan bahwa struktur ini dibentuk oleh ‘surge’ yang kuat dari arah yang bervariasi (oscillatory flow) yang disebabkan oleh gelombang badai yang relatif besar disamudra. Aksi dari gelombang badai yang kuat awalnya mengerosi lantai samudra kedalam low hummocky dan swales yang secara signifikan minim orientasi. Togografi ini lalu diselimuti oleh laminasi. Duke, Arnott, dan Cheel (1991) dan Cheel dan Leckie (1993) menyatakan bahwa hummocky cross stratification berasal oleh kombinasi dari arus searah (unidirectional) dan oscillatory flow yang terkait dengan aktivitas badai. Walaupun Hummocky cross stratifikasi secara umum dikaitkan dengan batuan sedimen laut dangkal, Duke (1985) melaporkan bahwa struktur ini terdapat juga pada beberapa batuan sedimen lakustrin.


 Diterjemahkan oleh : Muhammad Fachreza (Teknik Geologi UPN Yogya)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar